Tuesday, October 18, 2011

Cantik Yang Membuat Cinta. Atau Cinta Yang Membuat Cantik?

Lagi-lagi, terinspirasi dari notes kecil salah seorang pengguna jejaring sosial yang ga perlu disebut namanya tar malah jadi femes.

"cantik yang membuat cinta. atau cinta yang membuat cantik?" begitu pertanyaannya.

Sebuah pertanyaan retoris. Pertanyaan yang jika dijawab banyak kepala memungkinkan terjadi diskusi panjang meskipun pada akhirnya tidak satupun pihak yang benar-benar bisa mengklaim bahwa pendapatnya itu benar.
Untunglah post ini hanya monolog, jadi saya bisa leluasa mengutarakan pendapat saya tanpa memikirkan bagaimana mengkonter pendapat lawan. Jikapun kemudian ada yang menyanggah di fitur comment. Maka saya bisa ngeles, its in my opinion loh!. Beres.

Baiklah, ini pendapat saya.
Cantik dan cinta kadang memang saling berhubungan meskipun tidak mengikat. Kecantikan seseorang bisa membuat lawan jenis terpikat yang kemudian jatuh cinta, dan jika berlanjut akan di ikuti semacam tindakan pedekate dengan strategi tertentu yang mana ujung-ujungnya adalah proposal tersurat maupun terucap seperti misalnya, "maukah kamu menjadi bla bla bla syalala syubidubidam?"

diatas adalah contoh Kausalitas pertama dimana kecantikan seseorang bisa menimbulkan benih-benih cinta (ceileh).
dalam kondisi tersebut, maka kecantikan hampir memiliki fungsi yang sama seperti air seni pada rusa, atau hidung pada monyet belanda. Sebagai daya tarik untuk memikat pasangan.

Bagaimana dengan kausalitas kedua? Bisakah cinta bisa membuat cantik? Itu juga bisa. Tapi sifatnya kadang lebih cenderung sugestif atau untuk menghibur diri dan pasangan, atau sebagai pemanis-manis kata.
Misal: Suatu ketika kita jatuh cinta pada seseorang yang biasa-biasa saja, tidak cantik tidak jelek. Maka boleh saja jika saat kita berdua denganya dibawah sinar purnama, kalimat ini keluar "dimataku kamu wanita paling cantik"
Itu sah-sah saja. karena konon cantik itu relatif dan subjektif, sementara menganggap seseorang itu cantik atau tidak adalah hak.

Jadi, -masih menurut pendapat saya. Cantik dan cinta bisa sama-sama saling memicu sebab akibat. Cantik bisa membuat cinta atau cinta bisa membuat cantik. Saling berkorelasi tapi tidak mengikat. karena pada kenyataannya bukan hanya cantik yang bisa membuat seseorang jatuh cinta. Dan bukan hanya cinta yang bisa membuat seseorang cantik.

Lalu bagaimana jika ada wanita yang berkata,  aku ingin dicintai apa-adanya. Bukan karena paras wajahku atau bentuk betisku?
Abaikan saja. Dia hanya sedang termakan doktrin-doktrin drama romansa. Jauh dilubuk hatinya ia akan menyadari; diantara manusia, cinta akan selalu bersyarat, cinta akan selalu kondisional. Dan memang sebaiknya begitu.

All Recent

Copyright © dejav.us | template By Dieng